Sabtu, 01 Desember 2012

Kalimantan Barat


Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dan beribukotakan di Pontianak.
Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua,Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.
Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian SarawakMalaysia. Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2004 berjumlah 4.073.304 jiwa (1,85% penduduk Indonesia). 


Sejarah Kalimantan Barat



Menurut kakawin Nagarakretagama (1365), Kalimantan Barat menjadi taklukan Majapahit, bahkan sejak zaman Singhasari yang menamakannyaBakulapura. Menurut Hikayat Banjar (1663), negeri Sambas, Sukadana dan negeri-negeri di Batang Lawai (nama kuno sungai Kapuas) pernah menjadi taklukan Kerajaan Banjar sejak zaman Hindu. Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda berdagang dengan Sukadana. Sejak 1 Oktober 1609, Kerajaan Sambas menjadi daerah protektorat VOC Belanda. Sesuai perjanjian 20 Oktober 1756 VOC Belanda berjanji akan membantu Sultan Banjar Tamjidullah I untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya SanggauSintang dan Lawai(Kabupaten Melawi). Daerah-daerah lainnya merupakan milik Kesultanan Banten, kecuali Sambas. Menurut akta tanggal 26 Maret 1778 negeriLandak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar) diserahkan kepada VOC Belanda oleh Sultan Banten. Inilah wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC Belanda selain daerah protektorat Sambas. Pada tahun itu pula Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam direstui VOC Belanda sebagaiSultan Pontianak yang pertama dalam wilayah milik Belanda tersebut.[12] Pada tahun 1789 Sultan Pontianak dibantu Kongsi Lan Fangdiperintahkan VOC Belanda untuk menduduki negeri Mempawah. Tahun 1846 daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo. Pantai barat Borneo terdiri atas asisten residen Sambas dan asisten residen Pontianak. Divisi Sambas meliputi daerah dari Tanjung Dato sampai muara sungai Doeri. Sedangkan divisi Pontianak yang berada di bawah asisten residen Pontianak meliputi distrik Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Simpang, Sukadana, Matan, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Sepapoe, Belitang, Silat, Salimbau, Piassa, Jongkong, Boenoet, Malor, Taman, Ketan, dan Poenan Pada tanggal 4 Mei 1826 Sultan Adam dari Banjar menyerahkan JelaiSintang dan Lawai (Kabupaten Melawi) kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, 14 daerah di wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8. Pada 1855, negeri Sambas dimasukan ke dalam wilayah Hindia Belanda menjadi Karesidenan Sambas.
Menurut Hikayat Malaysia, Brunei, dan Singapore wilayah yang tidak bisa dikuasai dari kerajaan Hindu sampai kesultanan Islam di Kalimantan Barat adalah kebanyakan dari Kalimantan Barat seperti Negeri Sambas dan sekitarnya, dan menurut Negara Brunei Darussalam Hikayat Banjar adalah palsu dan bukan dibuat dari kesultanan Banjar sendiri melainkan dari tangan-tangan yang ingin merusak nama Kalimantan Barat dan disebarluaskan keseluruh Indonesia sampai saat ini, karena menurut penelitian para ahli psikolog di dunia Negeri Sambas tidak pernah kalah dan takluk dengan Negara manapun.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibukota wilayah administratif Gouvernement Borneo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu diantaranya adalah Residentie Westerafdeeling Van Borneo dengan ibukota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.
Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

Sejarah berdirinya Pontianak



 BERDIRINYA KOTA PONTIANAK
Pada tanggal 24 Rajab 1181 H yang bertepatan para Alkadri membuka hutan dipersimpangan tiga Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal dan tempat tersebut diberi nama Pontianak. Berkat kepemimpinan Syarif Abdurrahman Alkadrie, Kota Pontianak berkembang menjadi kota Perdagangan dan Pelabuhan.
Tahun 1192 H, bertepatan tanggal 23 Oktober 1771 M, rombongan Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai Sultan Pontianak yang pertama. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Mesjid Raya Sultan Abdurrahman Alkadri dan Istana Kadariah, yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.
Adapun Sultan yang pernah memegang tampuk Pemerintahan Kesultanan Pontianak :
1. Syarif Abdurrahman Alkadrie (1771 – 1808 )
2. Syarif Kasim Alkadrie (1808 – 1819)
3. Syarif Osman Alkadrie (1819 – 1855)
4. Syarif Hamid Alkadrie /Sultan Hamid I (1855 – 1872)
5. Syarif Yusuf Alkadrie (1872 – 1895)
6. Syarif Muhammad Alkadrie (1895 – 1944)
7. Syarif Thaha Alkadrie (1944 – 1945)
8. Syarif Hamid Alkadrie / Sultan hamid II (1945 – 1950)
SEJARAH PEMERINTAHAN KOTA
Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie (lahir tahun 1742 H) yang membuka pertama Kota Pontianak pada hari Rabu, tanggal 23 Oktober 1771 M bertepatan dengan tanggal 14 hari bulan Rajab 1185 H, kemudian pada hari Isnen, tanggal 8 hari bulan Sya’ban th 1192 H, SYARIF ABDURRAHMAN ALKADRIE dinobatkan menjadi SULTAN KERAJAAN PONTIANAK.
Selanjutnya 2 tahun kemudian, setelah Sultan Kerajaan Pontianak dinobatkan, maka pada tahun 1194 H bersamaan tahun 1778 M, masuk dominasi kolonialis Belanda dari Batavia (Betawi) dengan utusan Petor (Asistent Resident) dari Rembang bernama WILLEM ARDINPOLA dan mulai pada masa itu bangsa Belanda berada di Pontianak. Oleh Sultan Pontianak, bangsa Belanda itu ditempatkan di seberang Keraton Pontianak yang terkenal dengan nama TANAH SERIBU (Verkendepaal).
Dan baru pada tanggal 5 juli 1779, 0.1. Compagnie Belanda membuat perjanjian (Politiek Contract) dengan Sultan Pontianak tentang pendudukan Tanah Seribu (Verkendapaal) untuk dijadikan tempat kegiatan bangsa Belanda, dan seterusnya menjadi tempat / kedudukan Pemerintah Resident het Hoofd Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo Istana Kadariah Barat), dan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Asistent Resident Kepala Daerah Kabupaten Pontianak) dan selanjutnya Controleur het Hoofd Onderaffleeling van Pontianak / Hoofd Plaatselijk Bestur van Pontianak (bersamaan dengan kepatihan) membawahi Demang het Hoofd der Distrik van Pontianak (Wedana), Asistent Demang het Hoofd der Onderdistrik van Siantan (Asistent Wedana / Camat), Asistent Demang het Hoofd der Onderdistrik van Sungai Kakap (Asistent Wedana / Camat).
Kronologis berdirinya Plaatselijk Fonds seterusnya Stadsgemeent, Pemerintahan Kota Pontianak, Kotapraja, Kota Besar, Kotamadya Dati II Pontianak dapat diuraikan sebagai berikut :
PLAATSELIJK FONDS
Berada di bawah kekuasaan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Semacam Bupati KDH Tk II Pontianak), Plaatselijk Fonds merupakan badan yang mengelola dan mengurus Eigendom (milik) Pemerintah dan mengurus dana / keuangan yang diperoleh dari Pajak, Opstalperceelen, Andjing Reclame, Minuman keras dan Retribusi pasar, Penerangan jalan, semuanya berdasarkan Verordening (Peraturan) yang berlaku.
Daerah kerja Plaatselijk Fonds adalah daerah Verkendepaal (Tanah Seribu). Pimpinan Plaatselijk Fonds terdiri dari : Voorziter (ketua), Beheerder Staadfonds (Pimpinan selain Voorziter), Sekretaris. Behercomisie dibantu beberapa Comisieleden (Pengawasan) Plaatselijk Fonds.
Setelah pendaratan Jepang, praktis terhenti, terkecuali soal kebersihan dan bekerja kembali dengan pimpinan tentara Jepang, setelah masuk tenaga sipil Jepang dan adanya Kenkarikan (semacam Asistent Resident) Jepang, maka Plaatselijk Fonds dihidupkan kembali berganti nama SHINTJO yang dipimpin orang Indonesia, yaitu Alm. Bp. MUHAMMAD ABDURRACHMAN sebagai SHINTJO dan untuk Pimpinan Pemerintah Sipil tetap ada Demang dan Asistent Demang dengan nama Jepang adalah GUNTJO.
STADSGEMEENTE (LAMDSHAAP GEMEENTE)
Berdasarkan Besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 14 Agustus 1946 No. 24/1/1940 PK yang disahkan / Goedgskeurd de Resident der Westerameeling van Borneo (Dr. J. VAN DER SWAAL) menetapkan sementara sebagai berikut :
Yang menjadi Syahkota pertama adalah R. SOEPARDAN, 1 Oktober 1946 dan Syahkota melakukan serah terima harta benda dan keuangan Plaatselijk Fonds pada tanggal 1 Oktober 1946 dari Staats Fonds MUHAMMAD ABDURRACHMAN.
Masa jabatan Syahkota R. SOEPARDAN, 1 Oktober 1946 dan berakhir awal tahun 1948, untuk selanjutnya berdasarkan penetapan Pemerintah Kerajaan Pontianak diangkat ADS. HIDAYAT, dengan jabatan BURGERMESTER Pontianak sampai tahun 1950.
PEMERINTAHAN KOTA PONTIANAK
Pembentukan Stadsgermeente bersifat sementara, maka Besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 14 Agustus 1946 No.24/1/1946/KP dirobah dan diperhatikan kembali dengan UU Pemerintahan Kerajaan Pontianak tanggal 16 September 1949 No. 40/1948/KP, memutuskan mulai dari tanggal Peraturan ini berlaku , maka Keputusan Pemerintah Kerajaan Pontianak tertanggal 14 Agustus 1946, No. 24/1/1946/KP dirubah dan diperhatikan kembali. Dalam Undang-Undang ini disebut Peraturan Pemerintah Pontianak dan membentuk Pemerintah Kota Pontianak. Sedangkan perwakilan rakyat disebut Dewan Perwakilan Penduduk Kota Pontianak.
Walikota pertama ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan Pontianak adalah NY. ROHANA MUTHALIB, sebagai wakil Walikota Pontianak, dan apa sebab kedudukannya sebagai Wakil Walikota Pontianak, mengingat pasal 25 dari UU Ketua Pontianak sebagai Walikota hanya dapat diangkat lelaki yang menurut keputusan hakim.
KOTA BESAR PONTIANAK
Sebagai pengganti NY. ROHANA MUTHALIB, oleh Pemerintah diangkat SOEMARTOYO, sebagai Walikota Besar Pontianak, mengingat peralihan kekuasaan Swapraja Pontianak kepada Bupati / Kabupaten Pontianak tidak termasuk, maka Pemerintah Daerah Kota Besar Pontianak berstatus Otonom
PEMERINTAH DAERAH KOTA PRAJA PONTIANAK
Sesuai dengan perkembangan Tata Pemerintahan, maka dengan UU Darurat No. 3 tahun 1953, bentuk Pemerintahan LANDSCHAP GEMEENTE, ditingkatkan menjadi KOTAPRAJA PONTIANAK. Pada masa ini Urusan Pemerintahan terdiri dari Urusan Pemerintahan Umum dan Urusan Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah).

 

Kondisi Alam


              Iklim di Kalimantan Barat beriklim tropik basah, curah hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi pada bulan Januari dan Oktober suhu udara rata-rata antara 26,0 s/d 27,0 dan kelembaban rata-tara antara 80% s/d 90%.


Sosial Kemasyarakatan



Suku Bangsa
Menurut sensus tahun 1930 penduduk Kalimantan Barat Laut (Afdeeling Singkawang dan Afdeeling Pontianak, tidak termasuk afdeeling Ketapang dan afdeeling Sintang) terdiri atas: Dayak (43,02%), Melayu (29,74%), Banjar (1,06%), Bugis (9,85%), Jawa (2,99%), suku lainnya (0,47%), tidak diketahui (12,88%). Sukubangsa tahun 1930 di seluruh Kalbar pada keempat afdeeling yang dominan besar yaitu Dayak (40,4%), Melayu (27,7%), bumiputera lainnya (18,3%) dan Tionghoa (13%).

Daftar suku-suku di Kalimantan Barat selengkapnya adalah:
                                                                                                           
   Suku Dayak terdiri dari:
1.    Rumpun Kanayatn,
2.    Rumpun Ibanic,
3.    Rumpun Bidoih (Kidoh-Madeh),
4.    Rumpun Banuaka",
5.    Rumpun Kayaanic,
6.    Rumpun Uut Danum,
§  Kelompok Dayak yang mandiri atau tak mempunyai rumpun suku, terdiri atas:
1.    Suku Iban (Ibanic)
2.    Suku Bidayuh (Bidoih)
3.    Suku Seberuang (Ibanic)
4.    Suku Mualang (Ibanic)
5.    Suku Kanayatn
6.    Suku Mali
7.    Suku Benawas
8.    Suku Sekujam
9.    Suku Sekubang
10. Suku Kantuk (Ibanic)
11. Suku Lebang (Lebang Hilir dan Lebang Hulu , tersebar di kawasan Kelam, Dedai, dan Kayan Hilir )
12. Suku Ketungau (Ibanic) ( Ketungau Asli daerah kapuas hulu, Ketungau sesat daerah kabupaten sekadau, Ketungau Banyor daerah Belitang.
13. Suku Desa (Ibanic)
14. Suku Hovongan (Kayanic)
15. Suku Uheng Kereho (Kayanic)
19. Suku Bugau (Ibanic)
20. Suku Bukat (Kayanic)
21. Suku Galik (Bidoih)
22. Suku Gun (Bidoih)
23. Suku Jangkang (Bidoih)
24. Suku Kalis (Banuaka")
26. Suku Kayaan Mendalam (Kayaanic)
27. Suku Kede (Ibanic)
30. Suku Pos
31. Suku Punti/Pontetn
33. Suku Ribun (Bidoih)
39. Suku Lara (Kanaykatn)
43. Suku Suhaid (Ibanic)
44. Suku Sungkung (Bidayuh)
51. Suku Sani
56. Suku Embaloh (Banuaka")
69. Suku Panu
§  Suku lainnya:
1.    Suku Banjar
2.    Suku Pesaguan
3.    Suku Bugis
4.    Suku Sunda
5.    Suku Jawa
6.    Suku Madura
7.    Suku Minang
8.    Suku Batak
§  Tionghoa
1.    Hakka
2.    Tiochiu

Bahasa
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu bahasa penghubung, yaitu Bahasa Melayu PontianakMelayu Sambas dan Bahasa Senganan menurut wilayah penyebarannya. Demikian juga terdapat beragam jenis Bahasa Dayak, Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka. Dialek yang di masksudkan terhadap bahasa suku Dayak ini adalah begitu banyaknya kemiripannya dengan bahasa Melayu, hanya kebanyakan berbeda di ujung kata seperti makan (Melayu), makatn (Kanayatn), makai (Iban) dan makot (Melahui).
Khusus untuk rumpun Uut Danum, bahasanya boleh dikatakan berdiri sendiri dan bukan merupakan dialek dari kelompok Dayak lainnya. Dialeknya justru ada pada beberapa sub suku Dayak Uut Danum sendiri. Seperti pada bahasa sub suku Dohoi misalnya, untuk mengatakan makan saja terdiri dari minimal 16 kosa kata, mulai dari yang paling halus sampai ke yang paling kasar. Misalnya saja ngolasut (sedang halus), kuman (umum), dekak (untuk yang lebih tua atau dihormati), ngonahuk (kasar), monirak (paling kasar) dan Macuh (untuk arwah orang mati).
Bahasa Melayu di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa jenis, antara lain Bahasa Melayu Pontianak dan Bahasa Melayu Sambas. Bahasa Melayu Pontianak sendiri memiliki logat yang sama dengan bahas Melayu Malaysia dan Melayu Riau.
Agama
Mayoritas penduduk Kalimantan Barat memeluk agama Islam (57,6%), Katolik (24,1%), Protestan (10%), Buddha (6,4%), Hindu (0,2%), lain-lain (1,7%).

Pendidikan
Perguruan Tinggi/Universitas yang ada di Kalimantan Barat antara lain:
5.    STAIN Pontianak
6.    STMIK Pontianak
24. STKIP Singkawang
25. Sekolah Tinggi Theologia (STT) Berea, Ansang, Kabupaten Landak
26. Sekolah Tinggi Theologia Pontianak (STTP), Pontianak
27. Sekolah Tinggi Theologia Kalimantan (STK), Pontianak
28. Sekolah Tinggi Theologia Eklesia (STT Eklesia), Pontianak
29. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah (STIK Muhammadiyah) Pontianak
30. Akademi Manajemen Komputer dan Informatika (AMKI) Ketapang
31. Politeknik Ketapang

Tarian Tradisional
Tari Monong/Manang/Baliatn, merupakan tari Penyembuhan yang terdapat pada seluruh masyarakat Dayak. tari ini berfungsi sebagai penolak/penyembuh/ penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. tarian ini hadir disaat sang dukun sedang dalam keadaan trance, dan tarian ini merupakan bagian dari upacara adat Bemanang/Balian.
Tari Pingan, Merupakan Tarian Tunggal pada masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau yang pada masa kini sebagai tari hiburan masyarakat atas rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh Tuhan. Tari ini menggunakan Pingan sebagai media atraksi dan tari ini berangkat dari kebudayaan leluhur pada masa lalu yang berkaitan erat dengan penerimaan/penyambutan tamu/pahlawan.
Tari Jonggan merupkan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya, Mempawah, Landak yang masih dapat ditemukan dan dinikmati secara visual, tarian ini meceritakan suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak. Dalam tarian ini para tamu yang datang pada umumnya diajak untuk menari bersama.
Tari kondan merupakan tari pergaulan yang diiringi oleh pantun dan musik tradisional masyarakat Dayak Kabupaten sanggau kapuas, kadang kala kesenian kondan ini diiringi oleh gitar. kesenian kondan ini adalah ucapan kebahagiaan terhadap tamu yang berkunjung dan bermalam di daerahnya. kesenian ini dilakukan dengan cara menari dan berbalas pantun.
Kinyah Uut Danum, adalah tarian perang khas kelompok suku Dayak Uut Danum yang memperlihatkan kelincahan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Dewasa ini Kinyah Uut Danum ini banyak diperlihatkan pada acara acara khusus atau sewaktu menyambut tamu yang berkunjung. Tarian ini sangat susah dipelajari karena selain menggunakan Ahpang (Mandau) yang asli, juga karena gerakannya yang sangat dinamis, sehingga orang yang fisiknya kurang prima akan cepat kelelahan.
Tari Zapin pada masyarakat Melayu kalimantan Barat, Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat, sebagai media ungkap kebahagiaan dalam pergaulan. Jika ia menggunakan properti Tembung maka disebut Zapin tembung, jika menggunakan kipas maka di sebut Zapin Kipas.
Alat Musik Tradisional
Gong/Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai mas kawin, sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat.
Tawaq (sejenis Kempul) merupakan alat musik untuk mengiringi tarian tradisional masyarakat Dayak secara umum. Bahasa Dayak Uut Danum menyebutnya Kotavak.
Sapek merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu. Pada masyarakat Uut Danum menyebutnya Konyahpik (bentuknya) agak berbeda sedikit dengan Sapek.
Balikan/Kurating merupakan alat musik petik sejenis Sapek, berasal dari Kapuas Hulu pada masyarakat Dayak Ibanik, Dayak Banuaka".
Kangkuang merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan berukir, terdapat pada masyarakat Dayak Banuaka Kapuas Hulu.
Keledik/Kedire merupakan alat musik terbuat dari labu dan bilah bambu di mainkan dengan cara ditiup dan dihisap, terdapat di daerah Kapuas Hulu. Pada suku Dayak Uut Danum di sebut Korondek.
Entebong merupakan alat musik Pukul sejenis Gendang yang banyak terdapat di kelompok Dayak Mualang di daerah Kabupaten Sekadau.
Rabab/Rebab, yaitu alat musik gesek, terdapat pada suku Dayak Uut Danum. Kohotong, yaitu alat musik tiup, terbuat dari dahan semacam pelepah tanaman liar di hutan seperti pohon enau. Sollokanong (beberapa suku Dayak lain menyebutnya Klenang) terbuat dari kuningan, bentuknya lebih kecil dari gong, penggunaannya harus satu set.
Terah Umat (pada Dayak Uut Danum) merupakan alat musik ketuk seperti pada gamelan Jawa. Alat ini terbuat dari besi (umat) maka di sebut Terah Umat.
Senjata Tradisional
§  Mandau (Ahpang: sebutan Uut Danum) adalah sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Pada suku Dayak Uut Danum hulunya terbuat dari tanduk rusa yang diukir, sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang ditambang sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal keras dan tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tapi mudah patah dan Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan tidak berkarat.[rujukan?]
§  Keris
§  Tumbak
§  Sumpit (Sohpot: sebutan Uut Danum)
§  Senapang Lantak
§  Duhung (Uut Danum)
§  Isou Bacou atau Parang yang kedua sisinya tajam (Uut Danum)
§  Lunjuk atau sejenis tumbak untuk berburu (Uut Danum)

Sastra lisan
Beberapan sastra lisan yang ada di daerah ini antara lain:
§  Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban , Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.
§  Bejandeh merupakan sejenis bekana tapi objek ceritanya beda.
§  Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayatn.
Pada suku Dayak Uut Danum, sastra lisannya terdiri dari Kollimoi (zaman kedua), Tahtum (zaman ketiga), Parung, Kandan dan Kendau. Pada zaman tertua atau pertama adalah kejadian alam semesta dan umat manusia. Pada sastra lisan zaman kedua ini adalah tentang kehidupan manusia Uut Danum di langit. Pada zaman ketiga adalah tentang cerita kepahlawanan dan pengayauan suku dayak Uut Danum ketika sudah berada di bumi, misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang sungai Kapuas sampai penduduknya tidak tersisa sehingga dinamakan Kopuas Buhang (Kapuas yang kosong atau penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke bagian lain pulau Kalimantan yaitu ke arah kalimantan Tengah dan Timur dan membawa nama-nama daerah di Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di Kalimantan Tengah juga ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Tahtum ini jika dilantunkan sesuai aslinya bisa mencapai belasan malam untuk satu episode, sementara Tahtum ini terdiri dari ratusan episode. Parung adalahsastra lisan sewaktu ada pesta adat atau perkawinan. Kandan adalah bahasa bersastra paling tinggi dikalangan kelompok suku Uut Danum (Dohoi, Soravai, Pangin, Siang, Murung dan lain-lain)yang biasa digunakan untuk menceritakan Kolimoi, Parung, Mohpash dan lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan ini harus membayar kepada gurunya. Sekarang bahasa ini sudah hampir punah dan hanya dikuasai oleh orang-orang tua. Sementara Kendau adalah bahasa sastra untuk mengolok-olok atau bergurau.
Tenun
Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, diantaranya:
§  Tenun Daerah Sambas
§  Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten Sekadau
§  Tenun Ensaid Panjang Kabupaten Sintang
§  Tenun Kapuas Hulu
Kerajinan Tangan
Berbagai macam kerajinan tangan dapat diperoleh dari daerah ini, misalnya:
§  Tikar Lampit, di Pontianak dan daerah Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu, Ketapang.
§  Ukir-ukiran, perisai, mandau dan lain-lain terdapat di Pontianak dan Kapuas Hulu.
§  Kacang Uwoi (tikar rotan bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
§  Takui Darok (caping lebar bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
Kue Tradisional
Kue-kue tradisional banyak dijumpai di tempat ini, misalnya:
§  Lemang, terbuat dari pulut di masukan ke dalam bambu, merupakan makanan tradisional masyarakat masa lampau yang kini masih dilestarikan.
§  Lemper, terbuat dari pulut yang di isi daging/kacang terdapat didaerah Purun merupakan makanan tradisional
§  Lepat, terbuat dari tepung yang di dalamnya di masukan pisang.
§  Jimut, kue tradisional pada masyarakat Dayak Mualang daerah Belitang Kabupaten Sekadau yang terbuat dari tepung yang dibentuk bulatan sebesar bola pimpong.
§  Lulun, sejenis lepat, yamg isimya gula merah, terdapat di daerah Belitang kab sekadau
§  Lempok, Dodol yang dibuat dari Durian
§  Tumpi', terdapat pada masyarakat Dayak kanayatn, yang terbuat dari bahan tepung.
§  Tehpung, kue tradisional pada dayak Uut Danum, terbuat dari beras pulut yang ditumbuk halus dan digoreng. Kue ini biasanya di buat pada acara adat, bentuknya ada yang seperti perahu, gong dan lain-lain.
§  kue lapis berbagai macam serta kue keranjang dari tionghoa

Masakan dan makanan Tradisional
Kuliner yang bisa kita dapatkan dari daerah ini adalah:
§  Masakan Asam Pedas di daerah Pontianak
§  Masakan Bubur Pedas di daerah Sambas
§  Kerupok basah, merupakan makanan khas Kapuas Hulu
§  Ale-ale, merupakan makanan khas Ketapang
§  Pansoh, yaitu masakan daging di dalam bambu pada masyarakat Dayak.
§  Mie Tiau, merupakan masakan khas Tionghoa Pontianak yang terdapat di kota Pontianak
§  Nasi Ayam dan Mie Pangsit, merupakan masakan khas penduduk Tionghoa Singkawang dan sekitarnya